Prestasi terbesar kepala daerah adalah bagaimana membuat kebijakan demi kesejahteraan rakyatnya. Jadi bukan diukur dengan piagam di atas kertas.
Apalagi ini urusan beras! Ya, beras. Bahan pangan pokok ini tak luput dari perhatian Bupati Tanjung Jabung Timur dua periode, Romi Hariyanto.
Mulanya adalah keresahan petani. Ujung tombak ketahanan pangan di ujung timur Provinsi Jambi itu resah bila beras mereka tak terserap. Kalaupun terserap,mereka tak ingin harganya “nyungsep”.
Prestasi terbesar kepala daerah adalah bagaimana membuat kebijakan demi kesejahteraan rakyatnya. Jadi bukan diukur dengan piagam di atas kertas.
Keresahan itulah yang ditangkap Romi. Di hulu ia melihat ada masalah yang dihadapi petani. Di sisi lain, di hilir ada ribuan ASN yang bisa jadi bagian dari solusi.
“Dari situlah akhirnya keluar kebijakan untuk menyerap beras lokal bagi ASN di Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” kata Romi Hariyanto soal terobosannya itu.
Romi ingin beras dari petani dihargai dengan layak. Tak cukup itu, bagaimana kemudian beras lokal tersebut menjadi tuan rumah di wilayah sendiri. Maka kemudian ia mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 6 Tahun 2017 tentang Program Beras Pegawai Negeri Sipil.
Parta, petani di Rantau Rasau merasakan betul manfaat kebijakan itu. Beras petani lokal dibeli oleh pengepul atau tempat penggilingan beras. Kemudian ada Aspras, atau Asosiasi Penyalur Beras. Asosiasi inilah yang kemudian mendistribusikan beras lokal petani Tanjung Jabung Timur.
“Beras petani biasanya dibeli Rp 12.500 per kilogram. Beras ini nanti dijual ke PNS sekitar Rp 13.900 per kilogram.” Parta menjelaskan.
Beras lokal Tanjung Jabung Timur ini dikemas dengan standard mutu. Cap Buah Nibung. Demikian salah satu produk beras lokal daerah yang juga kaya akan migas ini.
Beras ini diproduksi oleh Koperasi Produsen Nibung Maju Merakyat. Beras ini yang hari-hari dikonsumsi oleh Agus Hadi Udin, seorang guru di sana.
Agus yang juga Kepala SMPN Satap 1 Tanjab Timur merasa terbantu dengan program ini. “Kita tidak repot” kata Agus.
Beras itu oleh pihak terkait, didistribusikan ke unit kerjanya. Adapun pembayaran dipotong langsung dari gaji tiap bulannya.
“Jadi kayak saya nih, beras diantar ke sekolah. Tinggal ambil,” terangnya.
Soal kualitas tak perlu diragukan. Tidak kalah dengan beras merek yang ada di Jambi.
Tujuh tahun program ini berjalan. Hingga sekarang. Setidaknya terobosan Bupati Romi Hariyanto ini mampu menyalurkan beras lokal 26 ribu hingga 30 ribu kg per bulan.
Pada tahun 2020, peraturan Bupati terkait program ini diperbaiki. Terbitlah Perbup Nomor 3 Tahun 2020 tentang Fasilitasi Pemasaran Beras Produksi Petani Lokal di Kalangan ASN dan Aparatur Pemerintah Desa.
Tujuh tahun Romi menjalankan kebijakan ini, ia tak sesumbar. Baginya, selama masyarakat merasakan manfaat kebijakan tersebut, sudah cukup.
“Yang penting kita berbuat untuk masyarakat,” ucap calon Gubernur Jambi itu.
Ada beberapa daerah di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang menjadi sentra beras. Rantau Rasau, Berbak, Sabak Timur di antaranya.
“Kalau yang paling banyak itu di Simpang Datuk di Nipah Panjang,” kata Parta.
Sebagai petani dan pemilik tempat penggilingan ia paham betul bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Timur mampu mencukupi kebutuhan berasnya sendiri. Swasembada. “Cukup untuk dewek,” katanya tegas.
Siapa sangka, kabupaten di tepi laut dengan tanah yang banyak gambut, ini menjadi penghasil padi nomer tiga di Provinsi Jambi. Pada 2021 misalnya. BPS mencatat produksi padi di Tanjung Jabung Timur mencapai 30.642,71 ton di bawah Kerinci dan Sungai Penuh yang memang daerah pertanian. (deddy rachmawan)